Kebun Apel - Jurnal Ulat #4
Assalamualaikum.. Bismillahirohmanirohim..
Masih di kebun Apel, melahap banyak mekanan saking banyaknya sapai bingung mau nulis yang mana, hihi.. tenang.. yang di makan si Ulat ManIst masih tetap seputar manajemen keuangan dan Investasi. Minggu ini karena akan tampil di LIVE FBG Hutan Buncek 2, maka si Ulat Manist Fokus belajar tentang Manajemen Keuangan Keluarga (Rumah tangga).
Silahkan klik link berikut untuk melihat materi yang si Ulat ManIst pelajari tentang Perencanaan Keuangan, Manajemen Keuangan Keluarga. ---------> Materi Manajemen Keuangan Keluarga
Lalu, si Ulat ManIst juga berdiskusi dengan anggota keluarga lainnya, kita membahas tentang reksadana, saham, investasi jenis property, obligasi sampai aplikasi money manager yang free downloadable, hihihi.. pokoknya seruu banget.. selain itu, kita juga kedatangan anggota baru yang ternyata bawa makanan bergizi sesuai kebutuhan keluarga kami.. ada mba Cinantya Angrumaoshi yang share makanan bergizinya di mengaturduit.com alhamdulilah, si Ulat ManIst makin gemuk dan sehat. hehe..
Lalu, minggu ini juga si Ulat ManIst share hasil karyanya berupa Jurnal Internasional tentang "The Analysis of Millennial Generation Financial Literation on Investment Decisions in Peer to Peer Lending Fintech in the Pandemic Covid-19 in Sukabumi City" yang alhamdulilah sudah masuk ke publisher dan sudah muncul ISSN nya. Huhu terharu..
Jadi latar belakang si Ulat ManIst menganalisis ini karena di Sukabumi sendiri banyak terjadi kasus investasi bodong yang jumlahnya fantastis.
Si Ulat ManIst me-Review kembali Jurnalnya tentang "ANALISIS LITERASI KEUANGAN GENERASI MILENIAL TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA FINTECH PEER TO PEER LENDING DI MASA PANDEMI COVID-19 DI KOTA SUKABUMI"
Investasi sendiri merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh seorang individu untuk mencapai kesejahteraan keuangan di masa yang akan datang. Perkembangan teknologi digital pada saat ini menyebabkan investasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan salah satunya adalah melalui financial technology Peer to Peer Lending, produk lend yang ditawarkan oleh Peer to Peer Lending menjadikan pengguna sebagai lender atau investor dengan menawarkan tingkat pengembalian hingga 18% dalam satu tahun. Saat memutuskan untuk berinvestasi individu memerlukan literasi keuangan yang baik agar keputusan investasi yang diambil akan baik pula. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh variabel (X) Literasi Keuangan generasi milenial terhadap variabel (Y) Keputusan Investasi pada aplikasi Peer to Peer Lending. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan teknik analisis deskriptif, analisis regresi linier sederhana, uji hipotesis, dan koefisien determinasi. Penulis menggunakan Teknik pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner kepada sampel yang diambil menggunakan teknik non-probability sampling, dengan total sampel 55 orang generasi milenial di Kota Sukabumi yang sudah berinvestasi pada aplikasi Peer to Peer Lending atau setidaknya mengetahui aplikasi Peer to Peer Lending.
Inovasi dalam bidang keuangan atau yang disebut sebagai financial technology (Fintech) merupakan suatu inovasi pada sektor finansial yang mendapat sentuhan teknologi modern. Fintech dikategorikan ke dalam empat macam:
- Jenis Fintech pertama adalah payment, clearing dan settlement, yakni layanan sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh industri perbankan maupun yang dilakukan Bank Indonesia seperti Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Sistem Kliring Nasional BI (SKNBI) hingga BI scripless Securities Settlement System (BI-SSSS).
- Jenis kedua adalah eaggregator. Fintech jenis ini menggumpulkan dan mengolah data yang bisa dimanfaatkan konsumen untuk membantu pengambilan keputusan. Startup jenis ini memberikan perbandingan produk mulai dari harga, fitur hingga manfaat.
- Jenis Ketiga adalah Fintech yang terkait manajemen resiko dan investasi. Fintech ini memberikan layanan seperti robo advisor perangkat lunak yang memberikan layanan perencanaan keuangan dan platform e-trading dan einsurance.
- Jenis keempat adalah Fintech yang memberikan layanan peer to peer lending (P2P). Fintech ini mempertemukan antara pemberi pinjaman (investor) dengan para pencari pinjaman dalam satu platform. Nantinya para investor akan mendapatkan bunga dari dana yang dipinjamkan.
Literasi Keuangan
Literasi keuangan atau yang lebih dikenal dengan pengetahuan dalam pengaturan keuangan adalah salah satu perilaku ekonomi yang berkembang di masyarakat yang secara sadar maupun tidak telah dijalankan sejak lama. Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 76/POJK.07/2016 tentang Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan diisektor Jasa Keuangan Bagi Konsumen dan/atau Masyarakat, “literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan, keyakinan, yang memengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan.”
Dimensi / Aspek-aspek Literasi Keuangan
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2014), tingkat literasi keuangan seseorang dibedakan menjadi empat jenis tingkatan, yaitu:
- Well Literate, Yakni memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
- Suff Literate, Pada tahap ini, seseorang sudah memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, namun belum terampil dalam menggunakan nya.
- Less Literate, Pada tahap ini, seseorang hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga dan jasa keuangan, produk dan jasa keuangan saja.
- Not Literate, Pada tahap ini, seseorang tidak memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, serta tidak memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
Sedangkan Chen dan Volpe dalam Yushita (2017) menggunakan empat aspek literasi keuangan yaitu, pengetahuan umum keuangan pribadi, tabungan dan pinjaman, investasi, dan asuransi. Bongomin (2016) dalam penelitiannya menggunakan empat aspek sebagai berikut:
- Behavior, Adalah upaya dan tujuan setiap individu untuk memanfaatkan anggaran yang dimiliki dalam rangka mencapai kemakmuran dan kesejahteraan.
- Skills, Merupakan kemampuan individu untuk mengetahui manfaat dan melakukan perhitungan sederhana termasuk dalam menghitung return dan bunga dari produk dan layanan lembaga keuangan.
- Attitude, Adalah kemampuan individu yang berhubungan dengan lembaga keuangan seperti ketertarikan dalam produk dan layanan yang dimiliki oleh lembaga keuangan tersebut, sehingga mampu dalam mengambil suatu keputusan dengan baik dan mampu mengambil tindakan yang efektif untuk saat ini dan masa depan.
- Knowledge, Merupakan tingkat pemahaman individu tentang produk keuangan dan instrumennya termasuk manfaat, risiko, serta kewajiban dan haknya sebagai konsumen, sehingga individu mampu menggunakan pengetahuan keuangan yang dimiliki tersebut untuk dapat mencapai kesejahteraan keuangan.
Definisi Financial Technology (FinTech) Fintech berasal dari istilah financial technology atau teknologi finansial. Teknologi finansial menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 adalah “penggunaan teknologi sistem keuangan yang menghasilkan produk, layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, efisiensi, kelancaran, keamanan dan keandalan sistem pembayaran”.
Bank Indonesia (2016) mengklasifikasikan financial technology ke dalam empat kategori, yaitu sebagai berikut:
- Crowd funding and peer-to-peer (P2P) lending, Klasifikasi ini berdasarkan fungsi dari platform yaitu sebagai sarana pertemuan pencari modal dan investor di bidang pinjaman. Platform ini menggunakan teknologi informasi terutama internet untuk menyediakan layanan pinjam meminjam uang dengan mudah. Pemberi modal hanya melakukan penyediaan modal dan peminjam melakukan proses peminjaman melalui platform yang disediakan secara online.
- Market Aggregator, Kategori ini merupakan media yang mengumpulkan dan mengoleksi data finansial dari berbagai penyedia data untuk disajikan kepada pengguna. Data finansial ini kemudian dapat digunakan untuk memudahkan pengguna dalam membandingkan dan memilih produk keuangan terbaik.
- Risk and Investment Management, Kategori berikut ini merupakan klasifikasi untuk layanan financial technology yang berfungsi sebagai perencana keuangan dalam bentuk digital. Sehingga pengguna dapat melakukan perencanaan dan mengetahui kondisi keuangan pada setiap saat dan seluruh keadaan.
- Payment, Settlement, and Clearing, Layanan financial technology pada kategori ini berfungsi untuk memudahkan pengguna dalam melakukan pembayaran melalui online secara cepat. Pada tahun 2016, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran. Peraturan ini bertujuan untuk tetap mendukung terciptanya sistem pembayaran yang lancar, aman, efisien, dan andal dengan mengedepankan pemenuhan prinsip kehati-hatian dan manajemen resiko yang memadai serta dengan tetap memperhatikan perluasan akses, kepentingan nasional dan perlindungan konsumen, termasuk standar, dan praktik internasional.
Peer-to-Peer Lending
Peer to peer (P2P) Lending adalah startup yang menyediakan platform pinjaman secara online. Urusan permodalan yang sering dianggap bagian paling vital untuk membuka usaha, melahirkan ide banyak pihak untuk mendirikan startup jenis ini. Dengan demikian, bagi orang-orang yang membutuhkan dana untuk membuka atau mengembangkan usahanya, sekarang ini bisa menggunakan jasa startup yang bergerak di bidang P2P lending.
Keputusan Investasi
Timotius (2016) mengemukakan di dalam Theory of Planned Behavior, bahwasannya manusia cenderung bertindak sesuai dengan intensi dan persepsi pengendalian melalui perilaku tertentu, dimana intensi dipengaruhi oleh tingkah laku, norma subjektif serta pengendalian perilaku. Dari ketiga hal yang menentukan intensi tersebut, tingkah laku merupakan poin utama yang mampu memprediksi sebuah perilaku. Pada Theory of Planned Behavior ini juga dijelaskan bahwa niat berperilaku (behavioral intention) tidak hanya dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku (attitude towards behavior) dan norma subyektif (subjective norm), tetapi juga dipengaruhi oleh control keperilakuan yang dirasakan (perceived behavioral control). kontrol keperilakuan dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan seseorang mengenai sulit atau tidaknya untuk melakukan perilaku tertentu (Azwar, 2003). Karenanya niat berperilaku dapat menunjukan perilaku yang akan dilakukan oleh seseorang. Hal ini dapat menjelaskan apabila seseorang yang memiliki minat berinvestasi maka dia cenderung akan melakukan tindakan – tindakan untuk dapat mencapai keinginannya berinvestasi. Misalkan dengan mengikuti pelatihan dan seminar tentang investasi, menerima dengan baik penawaran investasi, dan pada akhirnya melakukan investasi (Kusmawati, 2011).
Menurut Tandelilin [2005] dasar dasar keputusan investasi bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain:
- Return. Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Pada konteks manajemen investasi, tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Pada konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara return harapan (expected return) dan return aktual atau yang terjadi (realized return). Return harapan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu.
- Risiko. Sudah sewajarnya jika investor mengharapkan return yang setinggi tingginya dari investasi yang dilakukannya. Tetapi, ada hal penting yang harus selalu dipertimbangkan yaitu berapa besar risiko yang harus ditanggung dari investasi tersebut. Umumnya semakin besar risiko, maka semakin besar pula tingkat return harapan.
- The time factor atau faktor waktu dalam diberinvestasi sangat kuat dalam menjalankan investasi. Ada beberapa alternatif jangka waktu dalam melaksanakan investasi. Jangka pendek, menengah atau jangka panjang. Jangka waktu investasi yang dipilih bisa kuat pada sikap investor terhadap kegiatan investasinya. Lama tidaknya investasi bisa mensugesti seberapa besar resiko investasi yang membayangi. Waktu investasi juga mempertimbangkan seberapa cepat pengembalian atas investasi yang dikeluarkan kembali lagi ibarat tiruanla. Semakin cepat pengembalian dan returnnya, maka investasi tersebut semakin layak untuk dijalankan.
Berdasarkan hasil penelitianku ini, mengenai pengaruh literasi keuangan Generasi Milenial terhadap keputusan investasi pada aplikasi peer to peer lending saat Covid-19 di Kota Sukabumi, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
- Literasi keuangan Generasi Milenial di Kota Sukabumi memiliki persentase nilai sebesar 61,07% yang termasuk ke dalam kategori cukup baik, artinya Generasi Milenial di kota Sukabumi memiliki literasi keuangan yang cukup baik.
- Keputusan investasi Generasi Milenial di Kota Sukabumi pada aplikasi peer to peer lending memiliki persentase nilai sebesar 55,42% yang termasuk ke dalam kategori cukup baik, artinya Generasi milenial di Kota Sukabumi memiliki keputusan investasi yang baik pada aplikasi peer to peer lending di masa Covid-19.
- Literasi keuangan memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan investasi Generasi milenial Kota Sukabumi pada aplikasi peer to peer lending saat Covid-19. Besarnya pengaruh literasi keuangan terhadap keputusan investasi sebesar 56.1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa literasi keuangan memiliki pengaruh 56.1% terhadap keputusan investasi Generasi Milenial di Kota Sukabumi pada aplikasi peer to peer lending, sedangkan sisanya 43.9% lagi dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Semoga, kedepannya.. literasi keuangan di Kota Sukabumi semakin membaik, ga ada lagi berita-berita tentang investasi bodong, korban investasi berbentuk arisan, dan lain sebagainya. Aminnn...
Ohiya, aku share sedikit perasaan after LIVE pertama kali dalam hidupku ini ya, haha.. awalnya itu degdegan banget dan grogi.. tanganku sampai dingin. Saat mulai ada rasa khawatir suaraku ga terdengar, haha.. tapi setelah berjalannya LIVE ternyata seru juga ya, walaupun masih beberapa kali liat ke materi, hihihi.. but so far aku merasa bersyukur karena di beri kesempatan dan berterimakasih pada diriku sendiri karena sudah berani mengambil tantangan LIVE ini. Yeah!! Semakin semangat nih si Ulat ManIst, kapan-kapan mau coba LIVE lagi ah hahaha.. malah ketagihan.
Terimakasih banyak Ibu Professional yang selalu memberiku kejutan dan tantangan.
Comments
Post a Comment